REMEDIASI TANAH TERCEMAR MERKURI (Hg)
MENGGUNAKAN TUMBUHAN HIPERAKUMULATOR
Oleh
AMRULLAH
FIQRI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
RINGKASAN
Kecamatan Sekotong, Lombok Barat,
NTB merupakan daerah penambangan emas rakyat skala kecil yang lebih dikenal
dengan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Maraknya aktivitas PETI
mengakibatkan terjadinya pencemaran. Pencemaran tersebut berupa merkuri (Hg)
yang berasal dari limbah (tailing)
yang dihasilkan dari hasil pengolahan emas melalui proses amalgamasi
(gelondong) dan sianidasi (tong).
Hasil penelitian Anderson dkk,
(2011) menyatakan bahwa konsentrasi total Hg pada limbah yang berasal dari
proses amalgamasi dan sianidasi tersebut sebesar 741 – 7874 mg/kg. Environment
Agency (2009) menyatakan bahwa ambang batas total Hg di dalam tanah yaitu
sebesar 26 mg/kg. Lebih lanjut, Wang et
al. (2011) menyatakan bahwa merkuri di dalam tanah terdapat secara alami
berkisar 0,01 – 0,2 mg/kg, namun pada tanah-tanah pertanian di Cina tidak lebih
dari 1,5 mg/kg.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan pencemaran merkuri tersebut adalah
dengan menerapkan teknologi remediasi tanah baik secara fisik, kimiawi, maupun
biologis. Taknologi remediasi tanah secara fisik dan kimiawi dirasa tidak
efektif karena membutuhkan biaya yang sangat tinggi, sehingga Maas (2005)
menyarankan untuk menggunakan teknologi remediasi tanah secara biologis (fitoremediasi).
Fitoremediasi merupakan salah
satu upaya penyehatan tanah tercemar dengan menggunakan tanaman, dalam hal ini
menggunakan tumbuhan hiperakumulator, yaitu tumbuhan yang mampu mentranslokasikan
unsur-unsur logam tertentu dengan konsentrasi sangat tinggi ke pucuk tumbuhan
dan tidak membuat tumbuhan tumbuh dengan tidak normal (Aiyen, 2006).
Akan tetapi kemampuan beberapa spesies tumbuhan hiperakumulator dalam menyerap
logam berat belum diketahui secara pasti.
Mencermati hal tersebut di atas, penelitian
ini bertujuan untuk memilih spesies tumbuhan hiperakumulator yang paling
efektif sebagai tanaman hiperakumulator merkuri. Tanaman hiperakumulator
yang dikenal mampu menyerap merkuri (Hg) tinggi ialah diantaranya : Lindernia
crustacea (L.) F.M., Digitaria radicosa Presl.
Miq., Zingiber purpurium, Paspalum conjugatum
Berg., Cyperus kyllingia Endl.
dan Caladium bicolor Vent. (Moreno et al., 2005).
Metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilakukan melalui
serangkaian kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Penelitian ini terdiri
dari 2 kelompok penelitian, yaitu amalgamasi dan sianidasi. Masing-masing
kelompok terdiri atas 2 faktor, yaitu faktor spesies tanaman dan faktor perlakuan
pemupukan nitrogen. Faktor tanaman terdiri atas 6 aras, sedangkan faktor
pemupukan nitrogen terdiri dari 2 aras, sehingga terdapat 12 perlakuan dalam
satu kelompok, yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Kedua faktor
tersebut dirancang menggunakan percobaan perlakuan faktorial (Factorial Experiment), yang disusun
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa diantara 6 (enam) spesies tumbuhan yang diteliti, tanaman Paspalum conjugatum merupakan tanaman
yang paling efektif sebagai tanaman hiperakumulator pada tanah tercemar merkuri
(Hg). Pengaruh pemupukan nitrogen tidak meningkatkan produksi biomasa dan
serapan merkuri tanaman hiperakumulator pada media tanam amalgamasi, sedangkan
pada media tanam sianidasi meningkat dengan pemberian pupuk nitrogen.
titip salam untuk bang hamzan, hamdi, bang aan, safrada, ciming, babeh dan yang lainnya yaa...
BalasHapusoky bandung
oh ya bro wa'alaikum salam wr. wb...
Hapussalam sama kawan-kawan disana juga ya...
maaf saya jarang urusin blog...
kalo ada hal penting, kontak saya via email aja...
thanks...